20130504

Beras Singkong (Rasi) Sebagai Alternatif Makanan Pokok

Pengajar pada Fakultas Teknologi Industri Pertanian (FTIP) Unpad-Ir. Marleen Sunyoto, MP.- ini menjadikan rasi sebagai tema utama penelitian disertasinya. Ide ini pertama kali muncul pada 2007 lalu ketika dia menjadi juri dalam Ethnic Food Festival yang digelar oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disindag) Jawa Barat.


Saat itu, banyak peserta mengolah singkong sebagai bahan pangan utama. Salah satu peserta dari Cireundeu, Cimahi, menyajikan ‘nasi goreng singkong’. Di sana, masyarakat telah terbiasa mengonsumsi rasi selama ratusan tahun. Mereka membuatnya dengan memeras parutan singkong hingga menjadi tepung, kemudian ampasnya dijemur. Setelah kering, ampas singkong yang berbentuk seperti butiran beras ini lalu ditanak seperti cara memasak nasi.

Marleen mengakui, rasi ala Cireundeu ini memang enak. Namun, menurutnya, bentuk rasi itu kurang menyerupai beras. Teksturnya lebih seperti ketan dengan warna agak kekuningan. “Saya carikan metoda bagaimana nanti kalau ditanak warnanya seperti nasi, bentuk butirannya seperti nasi, kekenyalannnya seperti nasi. Inilah yang menjadi tantangan saya. ‘Rasi’ yang saya buat pun bukan hanya perasan singkong, tapi dicampur dengan bahan-bahan lain sehingga lebih bergizi,” kata Marleen.

Ia bertekad memberikan alternatif makanan pokok di Indonesia sehingga tidak selalu tergantung pada beras padi. Untuk rasi, dia tidak akan murni hanya mengolah singkong menjadi seperti butiran beras padi. Nantinya, singkong akan melalui tahapan fortifikasi atau penambahan zat-zat gizi yang penting untuk tubuh.
Ibu satu anak ini pun bekerja keras untuk merealisasikan idenya. Dia masih mengembangkan formulasi dan metodologi rasi yang tepat. “Sehingga, rasi tersebut tidak hanya memiliki bentuk dan rasa seperti beras padi, tapi juga memiliki kandungan gizi tinggi dengan harga yang murah,” ujarnya mengimbuhkan.

Wanita berkacamata ini tak sendirian, dia dibantu berbagai pihak dan berkonsultasi dengan beberapa ahli fortifikasi. Para mahasiswa bimbingannya bahkan ikut mengolah rasi menjadi aneka penganan seperti egg roll, tape, tiwul, dan cream soup. Marleen berniat membawa kreasi para mahasiswanya tersebut ke aneka seminar untuk menyosialisasikan bahwa dengan singkong (cassava) pun orang bisa hidup sehat.

Ketekunan Marleen untuk membuat “rasi” fortifikasi membuat ia menjadi dekat dengan masyarakat Cireundeu. Selain melakukan penelitian, banyak hal yang ia lakukan di sana, seperti membantu meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat Cireundeu dengan mengolah “rasi” menjadi bahan pangan lain untuk kemudian dipasarkan. Hal ini kemudian mendapat perhatian dari Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi.(sumber:unpad.co.id)